Begini Cara Uji Kuat Tekan Paving Block yang Benar Menurut Standar SNI

Material perkerasan yang banyak digunakan untuk menutupi permukaan tanah salah satunya ialah paving block. Material ini biasa dipasang pada jalan, carport, taman, serta pekarangan rumah. Proses pengerjaannya harus tepat supaya paving block mampu menahan beban di atasnya dengan baik. Mutu paving block yang dipilih berpengaruh besar terhadap kualitas hasil akhirnya.

uji tekan paving block

Minimal paving block tersebut mempunyai standarisasi sesuai aturan SNI. Semakin kokoh struktur material tersebut, maka hasilnya akan semakin bagus karena paving block akan sanggup menopang beban yang semakin besar. Tetapi kekuatan yang terlalu tinggi sampai melebihi kebutuhan juga kurang bijak sebab dapat mengakibatkan pemborosan bahan baku. Perlu diketahui, ada banyak sekali mutu paving block yang dijual.

Tiga jenis mutu paving block yang paling sering digunakan di Indonesia antara lain K-250, K-300, dan K-350. Ketiga ragam paving block tersebut dinilai sudah lebih dari cukup untuk mendukung konstruksi yang digunakan sehari-hari. Namun bila ingin membangun sebuah konstruksi yang harus menopang beban yang besar seperti jalan yang dilalui kendaraan berat, maka Anda memerlukan paving block yang memiliki mutu lebih tinggi lagi.

cara memasang paving block

Untuk mengetahui mutu suatu paving block, dapat dilakukan serangkaian uji coba terhadap kualitasnya.

Kekuatan uji tekan yang dimiliki oleh sebuah paving block dihitung berdasarkan beban per satuan luas yang dapat menyebabkan paving block tersebut menjadi hancur. Percobaan ini dilaksanakan memakai mesin penguji tekan beton khusus yang dilengkapi dengan alat bantu yang memadai.

teknik pembuatan paving block

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

  1. Anda perlu menyiapkan paving block yang akan diuji terlebih dahulu. Pengujian sebaiknya dilakukan terhadap beberapa sampel yang diambil secara acak agar hasilnya lebih akurat.
  2. Siapkan mesin penguji tekan di tempat yang aman. Letakkan paving block di mesin tersebut sesuai dengan tempat yang telah disediakan.
  3. Jalankan mesin penguji sesuai petunjuk yang semestinya.
  4. Tambahkan beban sedikit demi sedikit hingga paving block menjadi hancur setelah menerima beban maksimumnya. Catat setiap berat beban yang ditambahkan serta reaksi yang ditimbulkannya pada paving block.
  5. Pengujian harus dilaksanakan sampai beberapa kali dengan kondisi yang berbeda-beda supaya hasilnya lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Semakin banyak percobaan yang dikerjakan, semakin banyak pula data yang dapat diperoleh.
  6. Hasil akhir dari uji tekan ini berupa kekuatan rata-rata yang dimiliki oleh paving block dalam menerima setiap tekanan dari beban. Rumusnya adalah kekuatan uji tekan beton sama dengan beban maksimum (kg) dibagi luas penampang benda uji (cm2).

menghilangkan lumut di paving block

Pengujian terhadap kekuatan paving block juga bisa dilaksanakan menurut rasio angka pantulnya. Proses uji coba ini biasanya dilakukan menggunakan mesin yang disebut sebagai hammer test.

Berikut ini tahap-tahap dalam pengujiannya :

  1. Tentukan terlebih dahulu titik yang ingin Anda lakukan pengujian. Kemudian lakukan penembakan di sekitar titik tersebut sebanyak 10 kali penembakan secara berturut-turut pada titik yang berbeda. Pemilihan titik penembakan dapat Anda tentukan menurut SNI 03 4803 1998 tentang Metode Angka Pantul Beton yang Sudah Mengeras dan SNI 03 4430 1997 tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan Alat Palu Beton Tipe N dan NR.
  2. Pastikan Anda mencatat masing-masing nilai hammer test yang didapatkan dari kesepuluh tembakan yang telah dilakukan pada tahap pertama tadi.
  3. Setelah itu, hitung rata-rata dari kesepuluh nilai tembakan tersebut. Setiap angka pantul yang nilainya kurang atau lebih dari tujuh wajib dihapus karena nilai yang diperoleh belum terkoreksi dengan benar.
  4. Berikutnya ambil nilai koreksi penambahan atau pengurangan sesuai jenis hammer test yang Anda pakai. Perlu diketahui, masing-masing jenis hammer test mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga nilai koreksinya pun tidak sama.
  5. Nilai yang telah melalui koreksi, lalu bisa Anda tentukan rata-ratanya. Angka rata-rata inilah yang menjadi hasil akhir dari pengujian ini.