Seperti kita tahu, Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan mengalami gempa. BMKG mencatat setiap hari ada saja daerah-daerah di Nusantara yang mengalami gempa tektonik maupun gempa vulkanik. Sayangnya, masih minim tindakan nyata yang diperbuat untuk mengurangi kerentanan struktur dan konstruksi bangunan terhadap gempa tersebut. Bahkan sampai saat ini tindakan-tindakan yang dilakukan pada pendirian bangunan di daerah dengan tingkat ancamaan kegempaan tinggi pun masih jauh dari harapan.
Satu dari sekian banyak tindakan yang paling tepat dilakukan dalam mitigasi gempa bumi ialah mengevaluasi secara visual. Caranya yaitu meneliti aktivitas kegempaan tersebut dengan serinci mungkin. Berikutnya dapat pula dilakukan suatu tindakan kerentanan melalui perbaikan atau pembongkaran bangunan. Jika bangunan masih memenuhi syarat kelayakan maka bisa dilakukan perbaikan seperlunya.
Sedangkan bila kinerja bangunan tidak memenuhi syarat kelayakan, maka disarankan bangunan tersebut untuk diruntuhkan karena sudah tidak ekonomis lagi. Di samping itu, bangunan yang mempunyai konstruksi buruk justru dapat membahayakan para penghuninya. Untuk tindakan perbaikan bangunan itu sendiri, renovasi dilakukan dengan mengurangi potensi beban gempa yang mungkin terjadi. Bisa juga dengan meningkatkan kekuatan struktur dan melakukan perbaikan pada bagian mekanikal bangunan.
Simak uraian lengkap dari Arafuru berikut ini!
Mengurangi Potensi Beban Gempa
Perlu diketahui, besarnya gaya gempa yang terjadi pada suatu waktu berbanding lurus dengan berat bangunan tersebut. Artinya pengurangan terhadap berat total bangunan akan mengurangi gaya gempa yang timbul secara signifikan.
Solusi untuk mengurangi berat total bangunan tanpa merusak kualitasnya adalah dengan mengganti beton konvensional untuk pasangan dinding menggunakan beton styrofoam. Karakteristik dari beton ini memiliki bobot yang lebih ringan dan bersifat lebih daktil ketimbang beton batubata biasa. Ini menandakan beton styrofoam cocok sekali dipakai untuk mendirikan dinding bangunan di daerah-daerah yang rawan gempa dan alternatif yang tepat untuk pembuatan bangunan di lokasi yang berpotensi mengalami likuifaksi.
Penerapan isolasi dasar bisa pula dilakukan guna mengurangi gaya gempa yang bekerja pada suatu bangunan. Tujuannya untuk memperpanjang waktu getar bangunan sehingga potensi kerusakan strukturnya bisa berkurang. Sekaligus metode ini juga dapat mengurangi kerusakan arsitektural, elektrikal, dan mekanikal.
Meningkatkan Kekuatan Struktur Bangunan
Peningkatan kekuatan struktur bangunan bisa dikerjakan dengan memperkuat struktur bangunan itu sendiri. Pada bangunan sederhana yang didirikan menggunakan dinding pasangan batubata, perkuatan struktur dilakukan dengan memanfaatkan pita polipropilena dan kawat kasa. Selanjutnya dinding tersebut bisa diplester menggunakan mortar agar semakin kuat. Keunggulan dari metode ini selain mudah dikerjakan ialah dapat menghemat biaya pembangunan.
Sedangkan perkuatan pada bangunan yang tidak sederhana bisa dilakukan melalui upaya-upaya tertentu. Di antaranya menambah dimensi bangunan, mengaplikasikan model struktur terbaru, dan menggunakan material bangunan yang baru. Harus diingat, peningkatan kekuatan suatu bangunan wajib dikerjakan secara hati-hati sebab hal ini bisa menimbulkan dampak pada perubahan kekuatan, kekakuan, redaman, dan dektilitas konstruksi bangunan. Jadi bahan yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan bangunan harus mempunyai tingkat kekokohan dan modulus elastisitas yang lebih baik daripada konstruksi bangunan yang bakal diperkuat.