Pekerjaan Perawatan Beton Setelah Pengecoran

Pekerjaan perawatan beton setelah pengecoran disebut curing. Pekerjaan ini dilaksanakan untuk menjaga supaya beton tidak cepat kehilangan air saat proses pengeringan berlangsung. Perawatan ini harus dilakukan sesegera mungkin setelah proses finishing beton sudah selesai dan waktu total setting beton tersebut tercapai. Caranya yaitu melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk menjaga tingkat kelembaban dan suhu beton.

Tujuan utama melakukan curing (perawatan beton) adalah memastikan reaksi hidrasi senyawa semen, termasuk bahan tambahan atau bahan pengganti, berlangsung secara optimal. Dengan demikian kualitas beton yang diharapkan pun dapat tercapai. Selain itu, proses perawatan ini juga bertujuan untuk mencegah agar tidak terjadi penyusutan beton yang berlebihan akibat kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau tidak seragam. Jika kondisi ini terjadi, beton akan mengalami keretakan.

Curing (perawatan beton) harus dilakukan secara tepat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebab pelaksanaan curing ini akan berpengaruh terhadap :

  • Strength : mutu dan kekuatan beton.
  • Durability : keawetan struktur beton.
  • Water-tightness : kekedapan beton terhadap air.
  • Wear resistance : ketahanan permukaan beton, misalnya terhadap keausan.
  • Volume stability, shrinkage, and expansion : kestabilan volume yang berhubungan dengan susut dan kembang beton.

perawatan-beton-setelah-pengecoran.jpg

Pelaksanaan pekerjaan curing sebaiknya dilakukan segera setelah beton tersebut mengalami atau memasuki fase hardening, terutama untuk permukaan beton yang terbuka atau setelah dilakukan pembukaan cetakan bekisting. Curing dilaksanakan selama durasi waktu tertentu untuk menjaga kondisi-kondisi tertentu yang dibutuhkan dalam proses reaksi senyawa kimia yang terkandung di dalam campuran beton tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi waktu pelaksanaan perawatan beton (curing) antara lain :

  1. Jenis semen dan bahan-bahan tambahan/pengganti yang dipakai
  2. Jenis/tipe dan luas elemen struktur yang digunakan
  3. Kondisi cuaca, suhu udara, dan kelembaban di lokasi pekerjaan
  4. Penetapan nilai dan waktu yang dipakai untuk kuat tekan beton (28 hari)

Peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan curing/perawatan beton antara lain SNI 03-2847-2002, ACI 318, dan ASTM C-150.

  • SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing selama 7 hari untuk beton normal dan 3 hari untuk beton yang memiliki kuat tekan awal tinggi.
  • ACI 318 mensyaratkan curing dilakukan selama
  • ASTM C-150 mensyaratkan waktu minimum curing selama 7 hari (semen tipe I), 10 hari (semen tipe II), 13 hari (semen tipe III), dan 14 hari (semen tipe IV dan V).

Macam-macam metode yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan perawatan beton (curing) adalah sebagai berikut :

  • Metode I : Membasahi permukaan beton secara berkala menggunakan agar kondisinya selalu lembab selama perawatan. Metode ini dapat dilakukan memakai sistem sprinkler agar lebih praktis.
  • Metode II : Merendam beton menggunakan air dengan penggenangan permukaan beton.
  • Metode III : Membungkus beton memakai bahan-bahan yang bisa menahan penguapan air. Misalnya plastik, karung goni, dan lain-lain.
  • Metode IV : Menutup permukaan beton menggunakan bahan-bahan yang dapat mengurangi penguapan air. Beton perlu dibasahi secara berkala. Contohnya memakai plastik berpori atau non-woven geotextile. Perlu dilakukan penyiraman secara berkala.
  • Metode V : Menggunakan material-material khusus untuk keperluan perawatan beton.
  • Metode VI : Memanfaatkan uap air panas atau selimut pemanas (heating blanket) terutama di daerah-daerah yang cuacanya dingin atau negara yang memiliki musim dingin.

Pelaksanaan pekerjaan perawatan beton (curing) harus dilakukan secara tepat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama. Pelaksanaan curing yang tidak tepat justru akan merugikan dan mengurangi mutu beton yang dirawat. Sebagai contoh, proses pembasahan beton yang tidak dilakukan secara berkelanjutan justru akan mengakibatkan terjadinya proses basah-kering. Kondisi ini akan meningkatkan potensi beton tersebut mengalami keretakan serta penurunan kuat-tekan.

Jagalah suhu beton tetap pada suhu yang normal selama curing berlangsung. Suhu beton yang dianjurkan yaitu pada kisaran minimal 10 oC atau 50 oF hingga maksimal 28 oC atau 80 oF. Selain itu, Anda juga perlu menjaga suhu dan kelembaban beton selama proses curing (perawatan beton) ini berlangsung. Hal ini dikarenakan reaksi hidrasi dan kelanjutannya hanya bisa berlangsung dengan baik apabila tingkat kelembaban cukup dan suhu udara pun normal.