Proses pengawetan kayu bertujuan untuk meningkatkan kualitas daripada kayu tersebut. Kayu yang mulanya berasal dari golongan kelima bisa dibuat menjadi kayu bermutu pertama melalui proses pengawetan ini. Tahukah Anda, paling tidak terdapat empat cara yang dapat diterapkan untuk mengawetkan kayu secara tradisional. Lantas, bagaimanakah langkah-langkahnya?
Merendam Kayu di Sungai
Sudah menjadi rahasia umum kalau merendam balok-balok kayu di sungai atau air yang mengalir dapat memperbaiki kualitasnya. Pada saat direndam di sungai, kayu akan menyerap air sehingga menyebabkan keluarnya zat ekstratif yang larut air seperti beberapa senyawa nitrogen, glukosida, tanin, dan zat pewarna kayu. Sedangkan zat ekstratif yang tidak larut air seperti pati akan tetap berada di dalam pori-pori kayu.
Larutnya sejumlah zat ekstratif di atas mengakibatkan perubahan pada kondisi air di sekitar kayu. Hal ini memicu perkembangan mikroba seperti Bacillus subtilis, Bacillus masentriricus, Lactobacillus sp, dan Staphylococcus sp. Mikroba-mikroba ini lah yang selanjutnya akan menguraikan zat ekstratif pada kayu yang tak larut di dalam air sehingga lambat laun bakal terlarut pula dalam air. Proses ini sering dinamakan fermentasi berantai.
Hasil dari proses fermentasi berantai ini adalah terbentuknya asam organik, gas, dan alkohol serta menurunnya kadar air yang ada di dalam kayu. Tidak hanya itu, kandungan pati yang notabene merupakan makanan serangga perusak kayu juga turut menurun drastis akibat terlarut di dalam air. Alhasil minat serangga untuk merusak dan memakan kayu yang sudah direndam di sungai tadi pun menurun sehingga kayu lebih awet.
Merendam Kayu di Kolam
Kayu juga bisa diawetkan melalui perendaman di kolam. Kemudian tambahkan bahan-bahan alami ke dalam air kolam seperti pelepah pisang, daun tembakau , merang padi, atau bunga cengkih dalam jumlah secukupnya. Proses perendaman tersebut dapat dilaksanakan selama 2-3 bulan.
Sebelum tahap perendaman dimulai, kayu harus dicuci terlebih dahulu selama 7 hari berturut-turut. Cairan yang dipakai untuk mencuci kayu terbuat dari 1 liter air, 10 gram tembakau, 10 gram cengkih, dan 10 gram pelepah pisang yang dicampur secara merata. Setelah itu, cairan ini digosokkan ke seluruh permukaan kayu, lalu keringkan kembali kayu tersebut menggunakan kain lap.
Proses perendaman dimulai dengan menyiapkan kayu, lalu memasukkan ke dalam kolam perendaman. Berikutnya tuangkan air yang telah dicampur bahan-bahan di atas. Semakin lama kayu direndam, maka mutunya akan semakin bagus. Setelah proses perendaman selesai, kayu tadi perlu dikeringkan terlebih dahulu dengan cara mengangin-anginkannya di bawah sinar matahari.
Merendam Kayu di Oli
Upaya yang bisa dilakukan untuk memperpanjang usia pakai kayu pun dapat melalui perendaman di oli. Agar lebih hemat, sebaiknya manfaatkan lah oli bekas yang banyak tersedia di bengkel-bengkel kendaraan bermotor. Harga oli bekas ini umumnya sekitar Rp 1.000/liter.
Adapun caranya ialah buat cairan pengawet terlebih dahulu dengan mencampurkan oli bekas dan solar dengan perbandingan 1:1. Kemudian cairan tersebut dioleskan ke seluruh permukaan kayu menggunakan kuas. Pastikan setiap jengkal kayu tertutupi oleh cairan pengawet. Setelah itu, diamkan selama beberapa hari agar kayu mengering sempurna.
Sebelum dipasang, kayu perlu dilapisi cairan pengawet tersebut sekali lagi. Namun kali ini komposisi yang dipakai adalah oli bekas dan solar dengan perbandingan 1:2. Khusus untuk kayu yang bakal diserut supaya permukaannya rata dan halus, penguasan cairan pengawet ini dikerjakan setelah kayu rampung diserut.
Mengasapi Kayu
Saat ini, metode pengasapan belum terlalu banyak diaplikasikan guna mengawetkan kayu. Padahal asap mengandung bahan kimia fenol, asam organik, aldehid, alkohol, keton, hidrokarbon, ester, serta bahan heterosiklis lainnya. Perlu diketahui, zat phenol dan turunannya bersifat racun bagi bakteri, rayap, dan jamur.
Proses pengasapan kayu dengan tujuan untuk menaikkan kualitas idealnya dilakukan selama 3 hari. Proses ini akan membuat kayu yang semula bermutu rendah menjadi tahan terhadap serangan rayap. Contohnya kayu sengon, pulai, dan sugi yang telah diasapi memakai bahan bakar kayu mangiun, mutunya akan meningkat menjadi setara dengan kayu kelas pertama.