8 Masalah Pada Pengecoran Beton dan Cara Mencegahnya

Beton memang bisa diandalkan sebagai unsur utama pembentuk bangunan. Material beton ini memiliki kekuatan yang sangat baik terhadap gaya tekan. Walau kekuatannya terhadap gaya tarik lemah, namun kelemahan ini bisa diatasi dengan memasukkan baja ke dalamnya. Dari kombinasi antara beton dan baja tersebut maka terciptalah material baru yang sangat kuat, baik terhadap gaya tekan maupun gaya tarik. Pada dasarnya beton dibuat dari campuran semen, pasir, dan kerikil dengan perbandingan 3:2:1. Setelah diaduk sampai merata, lantas tambahkan air secukupnya ke dalam campuran ini.

Dengan pengerjaan yang benar dan tepat, maka kualitas dan karakteristik beton yang Anda bangun akan sesuai dengan perencanaan. Membuat beton ini memang kelihatannya gampang. Sepertinya Anda cuma perlu mencampurkan semen, pasir, keriki, dan air saja. Namun sebenarnya ada banyak faktor yang perlu diperhitungkan ketika Anda membuat beton supaya hasilnya memuaskan. Kesalahan dalam melakukan pekerjaan pembuatan beton akan mengakibatkan hasilnya tidak bagus. Bukan tidak mungkin beton tadi justru bakal mengalami kecacatan yang berpengaruh terhadap kekuatan strukturnya.

Tahukah Anda, terdapat beberapa masalah yang sering kali menimpa beton. Anda bisa mengenali lewat ciri-ciri kerusakan yang diperlihatkannya. Di bawah ini merupakan macam-macam masalah yang kadang-kadang terjadi dalam proses pengecoran beton! Kami juga sengaja memberikan kiat-kiat secara khusus untuk mencegah masalah tersebut agar tidak terjadi.

MENGEROPOS (HONEYCOMBING)

Kasus honeycombing ditandai dari keroposnya cor beton sehingga berbentuk menyerupai sarang lebah. Penyebabnya yaitu pemakaian pasta atau agregat halus yang jumlahnya kurang, kekentalan plastis yang terlalu rendah sehingga menyebabkan beton tersebut mengalami agregasi, atau beton yang tak sanggup mengisi cetakan sampai penuh. Kemungkinan filling ability, passing ability, atau slump flow yang terlalu rendah juga bisa menimbulkan masalah yang sama. Anda harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah ini sebelum beton tersebut benar-benar mengeropos.

Selain itu, masalah beton yang mengeropos seperti sarang lebah juga bisa disebabkan oleh gradasi yang tidak sesuai, ukuran agregat kasar terlalu besar dibandingkan ruang yang tersedia, serta kebocoran yang terjadi pada bekisting atau proses pemadatan beton yang kurang. Pencegahannya bisa dilakukan dengan meningkatkan kandungan agregat halus minimal 450 kg powder/m3, menambahkan air, menggunakan gradasi yang berkelanjutan, memperkecil ukuran maksimum dari agregat, memeriksa integritas cetakan terutama pada sambungannya, dan memadatkannya lebih sungguh-sungguh lagi.

PENGELUPASAN (SCALLING)

Beton yang tidak dibuat dengan banar akan mudah mengelupas atau menggumpal (scalling). Penyebab utamanya ialah lapisan permukaannya cuma mengandung agregat halus atau beton tersebut mengalami proses pengeringan dan pengerasan yang terlalu cepat. Hal ini biasanya terjadi ketika Anda membuka formwork terlalu dini, kondisi cetakan yang kurang licin, serta terjadinya segregasi atau bleeding yang disebabkan oleh pemakaian agregat halus yang terlalu sedikit. Peristiwa pengelupasan cor beton akibat penggumpalan ini harus dicegah sedini mungkin agar tidak melemahkannya.

Beton yang mengelupas juga bisa dikarenakan stabilitasnya yang kurang. Upaya pencegahan agar beton ini tidak mengelupas dapat dilaksanakan dengan menentukan waktu pembukaan formwork secara tepat sesuai dengan umur dan jenis konstruksinya, cetakan dilumasi terlebih dahulu sebelum dipasangkan, meningkatkan kandungan powder/pastanya, dan juga menambahkan air entraining admixture ke dalam campuran adukan beton. Dengan mengaplikasikan kiat-kiat ini, maka kemungkinan cor beton tersebut mengalami pengelupasan pun dapat diminimalisir dengan optimal.

BURIK (BLOW HOLES)

Beton juga akan mengalami burik kalau tidak dibuat dengan baik. Faktor utama yang menjadi penyebab masalah ini yaitu udara, air, atau pelumas cetakan yang terperangkap di dalam adukan beton. Penyebab lainnya ialah pemakaian agregat halus yang berlebihan, pelumasan cetakan yang tidak rata, permukaan cetakan terlalu kasar, proses pengecorannya yang terlalu cepat, tinggi jatuh yang besar, suhu beton yang terlalu tinggi, adukan yang terlalu kental, gradasi agregat tidak sesuai, ataupun waktu pengadukan yang terlampau lama. Hal ini dapat mengakibatkan beton mengalami burik (blow holes).

Filling ability yang buruk, passing ability yang buruk, slump flow yang rendah, reduksi slump-flow yang rendah, tingkat kekentalan yang tinggi, dan tegangan leleh yang tinggi juga mampu menyebabkan beton mengalami burik. Anda bisa mencegah kasus ini dengan mengurangi jumlah agregat halus, memastikan cetakannya telah bersih, memakai geo-textile form liner untuk membantu menyerap udara, memastikan debit pengecoran yang tetap, memperkecil tingkat jauh maksimal 1,5 m, menggunakan soft-wall tremie mengecor di tempat yang dalam, memompa dari dasar ke atas untuk mengeluarkan udara, mengurangi suhu beton maksimal 35 oC, mengecek ulang proporsi pengadukan beton dan waktu pengadukan, serta merencanakan kecepatan pengantaran adukan beton.

BERKERAK (COLD JOINT)

Ciri-ciri beton yang mengalami masalah cold joint yaitu tampaknya bidang sambungan yang terdapat di antara penuangan adukan yang berbeda. Masalah ini muncul sebab pembentukan kerak di permukaan beton menghalangi penggabungan monolit antara lapisan beton yang dicor secara berturutan. Karena praktisnya yaitu pengantaran beton dengan rentang waktu yang terlalu dekat, beton mengeras dengan cepat, suhu udara yang terlalu tinggi, segregasi agregat kasar, serta jumlah agregat halusnya yang terlalu banyak. Hal ini dapat menimbulkan masalah cold joint.

Adapun timbulnya masalah cold joint ini juga bisa disebabkan filling ability yang kurang, hilangnya slump flow yang terlalu cepat, tingkat kekentalan yang terlalu besar, serta interaksi antara admixture dengan semen. Adapun upaya pencegahannya dapat dilaksanakan dengan pengecoran menerus tanpa berhenti, melakukan pengujian awal untuk mencegah proses pengerasan terjadi lebih cepat, memakai suhu beton maksimal 35 oC, mengecek ulang perbandingan campuran beton, atau mengurangi kandungan agregat halus. Trik-trik ini ampuh mencegah berkeraknya beton yang Anda buat.

PERMUKAAN YANG TIDAK RATA

Permukaan beton yang tidak rata maksudnya adalah permukaan beton hasil pengecoran menjadi sangat jelek dan tidak rata. Masalah ini biasanya disebabkan oleh kotoran yang menumpuk atau tersembunyi di dalam cetakan, deformasi cetakan, ataupun masalah finger print yang terjadi dari permukaan cetakan ke permukaan beton. Sedangkan sebab fisiknya antara lain tekanan yang tinggi pada formwork dan tingkat kekentalan plastis yang terlalu rendah. Secara otomatis, beton yang mempunyai permukaan tidak rata memiliki tingkat kekuatan struktur yang rendah pula.

Beton yang permukaannya tak rata juga bisa disebabkan oleh kotoran di dalam cetakan, desain cetakan terlalu lemah, kecepatan pengecoran yang tinggi, permukaan cetakan sudah usang, sisa-sisa adukan dari beton lama yang masih menempel, pelumasan cetakan yang kurang sesuai, atau rasio air-powder yang terlalu tinggi. Pencegahan proses ini dapat dilaksanakan dengan membuat bukaan di posisi bawah cetakan, mengurangi kecepatan pengecoran, desain ulang formwork, memperbaharui cetakan, membersihkan permukaan cetakan, memilih pelumas yang lebih baik, atau menambahkan jumlah super plasticiser.

WARNA BELANG-BELANG

Beton akan mengalami masalah seperti warnanya tidak rata jikalau proses pembuatannya kurang benar. Umumnya masalah ini disebabkan oleh dimensi permukaan beton yang terlalu panjang atau perbedaan komposisi bahan-bahan pembentuk adukan beton tadi. Hal ini biasanya terjadi akibat suhu yang terlalu rendah, slump-flow terlalu besar, tingkat kekentalan yang terlalu rendah, efek perlambatan pengikatan awal dari admixture, perubahan kecepatan penuangan, plastic curing membrane tidak melapisi beton secara menyeluruh, dan permukaan cetakan kayu yang terlalu kering.

Sedangkan sebab fisiknya antara lain efek perlambatan dari proses pengerasan atau noda yang masih tertinggal karena pelumas, admixture, dan sebagainya. Selain itu, tegangan leleh atau kekentalan plastis yang terlalu tinggi juga mampu menimbulkan masalah yang serupa. Guna mencegah terjadinya masalah ini, Anda dapat menjaga suhu beton serta bagian dalam cetakannya, meningkatkan kekentalan dengan menambahkan agregat halus, memilih admixture secara hati-hati untuk memperpanjang masa layannya, mengurangi kandungan air, mempertimbangkan kemungkinan pemakaian accelerator ringan, membuat pengecoran secara berkelanjutan, memastikan kontak yang konsisten, dan membasahi cetakan sebelum penuangan adukan.

TALI AIR

Kasus selanjutnya yaitu timbulnya tali air pada beton yang dicor. Penyebab utama masalah tali air pada beton yaitu terjadinya bleeding dari air dan agregat halus. Penyebab lainnya antara lain rasio air-powder yang terlalu tinggi, kekentalan yang terlalu rendah, ataupun stabilitas adukan beton yang terlalu rendah. Cara pencegahannya dilakukan dengan meningkatkan kekentalan dengan menambahkan agregat halus ke dalam adukan cor berton tersebut serta memakai bahan tambahan air entraining untuk mengatasi distribusi ukuran partikel yang jelek.

RETAK PLASTIS

Masalah retak plastis ini disebabkan oleh proses pengeringan cor beton yang terlalu cepat, sedimentasi, dan perubahan posisi tulangan pada beton tersebut. Masalah ini juga bisa timbul kalau perawatan beton pada awalnya yang buruk, segregasi dan bleeding, perbedaan kondisi yang ekstrem, pengecoran dimensi tinggi dengan posisi tulangan dekat permukaan, susut akibat pengeringan, ataupun stabilitas beton yang buruk. Masalah ini harus dihindari karena dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kekuatan cor beton yang dihasilkan secara signifikan.

Adapun cara mencegahnya bisa dilaksanakan melalui perawatan sesegera mungkin setelah pengecoran, perawatan beton yang sesuai kondisi, menambal retak plastis sebelum beton mengeras, meningkatkan kandungan powder, meningkatkan kekentalan, memanfaatkan bahan-bahan tambahan air entraining, melakukan perawatan beton yang disesuaikan dengan kondisi, serta mendesain ulang ukuran bagian selimut beton. Dengan mengikuti kiat-kiat di atas sejak awal, maka kemungkinan terjadinya retak plastis pada beton pun dapat diminimalisir.