Cara Mengeringkan Bambu yang Baik dan Benar

Bambu biasa digunakan sebagai bahan bangunan dan bahan baku perabotan rumah tangga. Kita sangat beruntung tinggal di Indonesia karena di sini tanaman bambu begitu melimpah. Bambu tumbuh subur di negeri ini, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Hampir di setiap daerah kita bisa menemukan keberadaan pohon bambu. Sehingga bambu ini sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, bahkan sejak nenek moyang kita pada zaman dahulu kala.

Kelebihan bambu yaitu mempunyai struktur yang kuat dan kokoh sehingga kemampuan dukungannya sangat baik. Keunggulan lainnya, bambu ini mempunyai daya lengkung yang jauh lebih bagus daripada kayu. Maka tak heran, bangunan yang terbuat dari bambu bakal lebih aman dari guncangan gempa bumi dibandingan rumah-rumah yang menggunakan kayu atau beton sebagai struktur utamanya. Akan tetapi, bambu wajib dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan.

Mengapa bambu perlu dikeringkan? Tujuan utamanya adalah mengurangi kandungan air yang ada di dalam batang-batang bambu tersebut. Bahkan bila perlu menghilangkannya sampai habis tidak tersisa. Bambu diketahui mempunyai kandungan air yang cukup banyak di dalam batangnya. Kandungan air ini harus dihilangkan sebab dapat merusak struktur bambu itu sendiri. Perlu Anda ketahui, air merupakan penyebab utama suatu material menjadi lapuk, kemudian rusak tak tersisa.

Proses pengeringan batang bambu juga bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan zat glukosa yang ada di dalam batang tersebut. Perlu diketahui, bambu juga mengandung zat glukosa yang cukup tinggi. Bahkan kandungannya  jauh lebih banyak dibandingkan dengan kayu. Bila tidak lekas dihilangkan atau minimal dikurangi, kandungan zat glukosa ini akan menarik perhatian serangga seperti rayap, kutu bubuk, dan kumbang untuk menggerogotinya.

Oleh sebab itu, proses pengeringan mutlak dilakukan untuk meningkatkan masa pemakaian dari bambu sehingga tidak cepat mengalami kerusakan. Proses pengeringan bambu sendiri memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan proses pengeringan kayu yang mempunyai tingkat kepadatan struktur yang sama. Penyebabnya tidak lain karena bambu lebih mudah dalam menyerap kelembaban sehingga dibutuhkan waktu yang lebih panjang sampai bambu benar-benar mengering.

Pada saat batang bambu sudah kering, batang tersebut akan mengalami kontraksi yang mengakibatkan bentuknya mengerut. Bahkan jika kita mengamatinya dengan jeli, peristiwa pengerutan batang bambu ini telah terjadi sejak tanaman bambu ditebang. Dampak dari peristiwa ini sendiri yaitu diameter bambu bisa berkurang hingga mencapai 16 persen. Begitu pula dengan tingkat ketebalan dari bambu tersebut dapat berkurang sampai 17 persen.

Cara Mengeringkan Bambu Secara Tradisional dan Modern

Metode yang paling umum dilaksanakan guna mengeringkan bambu yang ditujukan untuk keperluan komersil yaitu proses pengeringan bambu secara alami. Prinsip dasarnya ialah bambu diangin-anginkan dalam kurun waktu tertentu. Aliran angin inilah yang berfungsi untuk menurunkan kandungan air di bambu secara perlahan-lahan. Proses pengeringan bambu ini sengaja dikerjakan di tempat yang teduh  dan terlindungi untuk menghindari sinar matahari dan air hujan.

Sedangkan metode pengeringan bambu secara modern dapat dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa oven. Tentu saja oven yang digunakan di sini merupakan oven raksasa yang mempunyai ukuran sangat besar serta daya kapasitas penampungan yang sangat banyak. Bambu-bambu yang akan dikeringkan lantas dimasukkan ke dalam oven. Hanya dalam beberapa jam saja, bambu tersebut sudah menjadi kering sempurna. Sayangnya metode ini cuma bisa dipakai untuk mengawetkan bambu belah saja. Sementara bambu utuh tidak bisa menerapkannya karena rawan mengalami retak atau pecah.

Dalam proses mengeringkan bambu, terdapat sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap prosesnya. Di antaranya yaitu :

  1. Bambu yang sedang dikeringkan tak boleh bersentuhan atau terkontak langsung dengan tanah. Hal ini dilakukan guna mencegah serangan jamur dan serangga, serta menghindari kelembaban. Jika tidak, bambu justru akan mengalami kerusakan.
  2. Direkomendasikan untuk menebang pohon bambu ketika usianya sudah mencapai paling tidak 3 tahun. Bambu yang sudah tua mempunyai risiko pengerutan yang minimal. Sedangkan bambu yang masih muda memiliki tingkat pengerutan yang sangat tinggi.
  3. Periksa kondisi bambu secara berkala. Apabila ada bambu yang terserang rayap, kutu bubuk, atau jamur, maka bambu tersebut wajib disingkirkan agar tidak menular ke bambu yang lainnya. Usahakan ada ventilasi atau sirkulasi udara yang baik di tempat pengeringan bambu.
  4. Bambu tidak boleh terkena suhu ekstrem. Misalnya memberikan panas berlebih supaya bambu lebih cepat kering, maka proses ini tidak boleh dilakukan. Sebab bambu tersebut bakal rawan pecah atau retak. Penjemuran hanya boleh diaplikasikan pada bambu belah.
  5. Batang-batang bambu yang dikeringkan sebaiknya disusun secara vertikal. Pola penyusunan ini akan membuat proses pengeringan bambu dapat berlangsung lebih cepat dan terhindari dari serangan jamur. Agar bentuk bambu tetap lurus dan tidak bengkok, susunan ini perlu diubah secara berkala.
  6. Proses pengeringan bambu dengan posisi horizontal dapat diterapkan kalau jumlah bambu yang akan dikeringkan cukup banyak. Tujuannya tidak lain untuk menghemat tempat pengeringan. Namun bambu-bambu ini harus diletakkan di atas struktur umpak atau alas panggung supaya tidak bersentuhan langsung dengan tanah. Disarankan untuk memakai alas yang berlubang-lubang supaya tetap ada aliran udara di bagian bawah tumpukan bambu.
  7. Waktu yang dianjurkan untuk mengeringkan bambu secara alami berkisar antara 1-2 bulan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan bambu ini di antaranya tingkat kelembaban bambu, ukuran ketebalan bambu, kelembaban udara di tempat pengeringan, tingkat radiasi matahari, musim yang sedang berlangsung, serta sirkulasi udara di sekitarnya.s