Langkah-langkah Cara Membuat Beton Ringan

Ada begitu banyak material yang digunakan untuk membuat sebuah bangunan. Setiap material ini tentunya mempunyai fungsi dan kegunaan tersendiri. Contohnya yaitu beton yang berguna untuk menahan beban konstruksi. Beton adalah material yang terbuat dari campuran agregat kasar, agregat halus, bahan perekat, dan air. Campuran bahan-bahan ini mampu menciptakan bahan bangunan baru yang memiliki kualitas sangat baik, terutama daya tekannya.

Sayangnya beton memiliki kekurangan yaitu bobotnya begitu berat. Berat jenis beton normal sekitar 2400 kg/m3. Guna mengurangi beban mati struktur beton dan meminimalisir sifatnya dalam menghantarkan panas, maka diciptakan beton ringan. Beton ringan adalah beton yang mempunyai berat jenis kurang dari 1800 kg/m3. Dengan bobot yang jauh lebih ringan daripada beton biasa, beton ringan menawarkan kualitas yang lebih baik.

Bagaimana cara beton ringan bisa mempunyai berat jenis yang lebih ringan ketimbang beton konvensional? Hal ini tidak terlepas dari proses pembuatannya. Bobot yang lebih ringan pada beton ringan diperoleh dari penambahan pori-pori udara ke dalam campuran beton tersebut menggunakan metode tertentu. Pada dasarnya, terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk membuat beton ringan, antara lain :

  1. Metode pertama dilakukan dengan membuat gelembung-gelembung udara ke dalam adukan semen. Hal ini akan menciptakan begitu banyak pori-pori udara di dalam beton tersebut. Upaya pembuatan gelembung udara ini dilakukan dengan menambahkan zat aditif yang berjenis air entrance yang berfungsi sebagai pembentuk udara di dalam beton. Penambahan bahan ini akan memicu timbulnya gelembung-gelembung udara.
  2. Metode kedua dilaksanakan dengan mengganti agregat halus ke material yang lebih ringan. Jika biasanya agregat halus yang dipakai untuk membuat beton adalah pasir, maka kita bisa menggunakan material lain yang memiliki bobot lebih ringan daripada pasir. Misalnya yaitu tanah liat yang telah dibakar atau batu apung. Pemakaian agregat halus yang lebih ringan ini secara otomatis akan menghasilkan beton yang ringan.
  3. Metode ketiga yaitu membuat beton tanpa menggunakan agregat halus sama sekali. Kitahanya memakai agregat kasar, bahan perekat, dan air saja untuk membuat beton tersebut. Untuk memastikan beton yang dibuat tetap berkualitas tinggi, agregat halus yang digunakan dalam pembuatan beton ringan harus memenuhi persyaratan khusus. Ukuran maksimal agregat kasar yang dipakai sebesar 10-20 mm.

Kebanyakan beton ringan dibuat menggunakan metode pertama yaitu membuat gelembung-gelembung udara ke dalam adukan semen. Dalam pelaksanaannya, beton ini dibuat memakai teknik kimiawi yaitu pemanfaatan bahan-bahan kimia. Adapun bahan yang biasa digunakan antara lain pasir kuarsa, semen, kapur, dan gypsum. Sedangkan untuk bahan pengembangnya digunakan pasta aluminium.

Faktanya adalah dibutuhkan bahan baku sebanyak 0,5-0,6 m3 untuk memproduksi beton ringan sebanyak 1 m3. Bahan baku pembuatan beton ringan ini nantinya akan mengembang dengan sendirinya. Mengingat pembuatannya memakai bahan-bahan kimia yang berbahaya, maka proses produksi beton ringan dikerjakan oleh mesin sepenuhnya. Pemakaian mesin ini juga akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja, di mana produksi beton ringan mampu mencapai 300-400 m3/hari.

Secara umum, proses pembuatan beton ringan adalah sebagai berikut :

  1. Penyiapan material-material yang menjadi bahan baku pembuatan beton ringan. Di antaranya yaitu 60% pasir kuarsa, 30% campuran semen dan kapur, serta 10% campuran gypsum dan pasta aluminium.
  2. Khusus untuk material yang ukurannya masih terlalu kasar seperti pasir kuarsa perlu dihaluskan terlebih dahulu. Jadi sebelum dimasukkan ke tangki pengolahan, pasir kuarsa ini perlu dimasukkan ke mesin penggiling untuk menghancurkan agregat yang ukurannya masih terlalu besar.
  3. Material-material perlu diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan spesifikasinya sudah sesuai dengan standar. Setelah itu, material-material ini dicampur menggunakan mesin mixing.
  4. Adukan beton ringan yang sudah tercampur rata selanjutnya dituangkan ke dalam cetakan. Biasanya cetakan beton ini berukuran 4,20 x 1,20 x 0,60 m. Mengingat bahan baku tersebut nantinya akan mengembang, maka adukan cukup memenuhi setengah bagian dari volume cetakan.
  5. Cetakan dibiarkan selama 3-4 jam agar adukan beton ringan mengembang dengan sempurna. Pada tahap ini, adukan tersebut mengalami reaksi kimia yaitu bahan-bahan di dalamnya akan saling bereaksi dan membentuk gas hidrogen. Akibatnya volumenya pun bertambah sampai dua kali lipat.
  6. Pada akhir proses pengembangan adukan, unsur hidrogen yang ada di dalamnya akan dilepaskan secara langsung ke atmosfer. Inilah penyebab utamanya mengapa beton ringan bisa memiliki bobot yang lebih ringan.
  7. Setelah beton ringan sudah mengeras dengan baik, beton tersebut perlu dipotong menggunakan mesin autoclaved chamber. Tujuannya untuk membentuk beton ringan serta membuat ukurannya menjadi seragam.
  8. Selanjutnya beton ringan yang masih mentah dipanaskan selama 12 jam berturut-turut. Proses pemanasan ini akan memicu terjadinya reaksi kimia antara pasir kuarsa yang bereaksi dengan kalsium hidroksida sehingga menghasilkan kalsium hidrat silika. Autoclaved chamber akan memberi tekanan sebesar 11 bar atau 264 psi dengan suhu 374 o
  9. Beton ringan yang sudah benar-benar jadi akan berwarna putih karena terbentuknya kalsium silikat saat berada di dalam autoclaved chamber. Semua reaksi kimiawi pada beton ringan memang sengaja diselesaikan di dalam autoclaved chamber supaya tidak terjadi reaksi lagi saat beton tersebut sudah dipasang sehingga tidak akan membahayakan bangunan.
  10. Setelah selesai dari autoclaved chamber, kemudian beton ringan pun siap untuk digunakan. Jika mau, Anda juga dapat menjualnya kepada orang lain. Akhir-akhir ini pamor beton ringan begitu meningkat. Tidak sedikit orang yang kini berganti menggunakan beton ringan daripada batu bata atau batako karena memang mempunyai kualitas yang lebih unggul.