3 Tips Ampuh agar Interior Rumah Tidak Lembab Lagi

Semua orang menginginkan punya rumah tinggal yang sehat. Kondisi rumah yang sehat tentu juga akan menjamin kesehatan para penghuninya. Salah satu ciri-ciri rumah yang sehat yaitu memiliki suhu udara di dalam interior yang normal. Maksudnya suhu udara di interior rumah tersebut tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin. Idealnya suhu udara yang normal di dalam rumah berkisar antara 28-30 derajat celsius. Tingkat kelembaban udaranya juga pas. Sebab apabila interior rumah terlalu lembab sudah pasti hunian Anda juga bakal menjadi tempat tinggalnya kuman, bakteri, dan jamur.

Rumah yang kondisinya lembab menandakan kalau kondisinya tidak sehat. Bakal terdapat banyak sekali mikroorganisme berbahaya yang ikut menumpang hidup di rumah tersebut. Kami jamin jamur, kutu, dan lumut pun tumbuh subur di rumah yang lembab. Kondisi yang buruk ini tentu saja bisa membahayakan Anda sekeluarga. Kesehatan para penghuni rumah yang menjadi taruhannya. Selain itu, perabotan Anda di rumah juga bisa mudah berkarat jika kondisi interior ini begitu lembab. Saran kami, Anda harus cepat mengatasi sumber masalahnya supaya udara di rumah Anda tidak lembab lagi.

Selain dengan membuat jendela di tempat yang tepat dalam jumlah yang cukup, ada pula jurus lain yang bisa Anda coba terapkan agar kondisi interior rumah Anda tak lembab lagi. Silakan Anda bisa mengikuti kiat-kiat selengkapnya di bawah ini!

BAGIAN DINDING

Disadari atau tidak, kenyataannya dinding merupakan bagian yang paling sering menjadi biang keladinya mengapa kelembaban udara di dalam rumah Anda meningkat tajam. Masalah ini biasanya terjadi sebab kondisi dinding yang terus-menerus basah akibat mengalami rembes. Perlu diketahui, pori-pori dinding juga dapat bersifat layaknya pipa kapiler yang mampu menyerap air di sekitarnya. Air bisa terserap ke dalam dinding hingga menyebabkan kondisinya basah. Oleh karena itu, pembangunan dinding ini harus dirancang sedemikian rupa agar tidak terjadi peristiwa peresapan air oleh dinding.

Salah satu cara untuk mencegah penyerapan air oleh dinding adalah membuat pondasi sloof di samping dinding bagian luar. Pondasi ini berfungsi agar air tertahan di tengah dan tidak terserap masuk hingga ke area dinding bagian dalam. Lindungi juga dinding tersebut menggunakan lapisan trasraam yaitu lapisan semen yang bersifat kedap air. Lapisan ini akan mencegah air naik sampai ke dinding bagian atas. Anda juga bisa menyelipkan lempengan-lempengan besi atau karet di bawah dinding sebagai pengatur suhu. Lempengan inilah yang nantinya berguna sebagai konduktor untuk memastikan dinding selalu kering.

BAGIAN ATAP

Dengan pemilihan model kontruksi yang tepat, atap dapat Anda manfaatkan sebagai penyetabil suhu interior, termasuk untuk kamar mandi. Begitu pula dengan ukuran atap yang lebar juga bisa mencegah dinding luar terkena terpaan air hujan. Pastikan bahan atap yang Anda gunakan tidak mudah menyerap air dan cepat mengalirkan hujan yang menimpanya. Dalam hal ini bentuk atap rumah juga berpengaruh besar, di mana semakin curam kemiringan atap maka memungkinkan air hujan lebih mudah mengalir ke bawah. Di sisi sebaliknya, bentuk atap yang landai mengakibatkan aliran airnya lebih lambat.

Tapi jika Anda tetap ingin membangun atap yang datar, pastikan Anda menggunakan material atap yang berbentuk lembaran. Misalnya seperti bitumen, fiber semen, dan atap metal. Hal ini dikarenakan atap berbentuk lembaran memiliki overlap (lebar tumpukan) mencapai 20 cm yang akan mengurangi potensi kebocoran pada konstruktsi atap datar. Sebaliknya, Anda harus menghindari penggunaan atap genteng karena overlap-nya sangat kecil yaitu cuma sekitar 3-5 cm sehingga atap pun mudah bocor. Apalagi jika turun hujan yang disertai angin kencang, maka risiko atap bocor pun semakin besar.

Soal kemiringan atap yang tepat, Anda bisa menyesuaikannya dengan daya serap masing-masing bahan atap tersebut. Contohnya atap polycarbonat, Anda dapat memasangnya dengan kemiringan 3 derajat. Sedangkan kemiringan atap seng dan pelat semen yang ideal adalah 10-15 derajat. Berbeda lagi dengan atap beton, kemiringan minimalnya mencapai 25 derajat. Sementara atap berbahan genteng tanah liat, atap ini sebaiknya dipasang dengan kemiringan antara 30 sampai 40 derajat. Dan untuk atap berbahan ijuk atau rumbia, paling tidak Anda perlu memasangnya dengan kemiringan 40 derajat.

BAGIAN TALANG

Masalah rumah yang menjadi lembab juga bisa disebabkan oleh terlalu kecilnya ukuran lebar tumpukan antara genteng dan bibir talang yang Anda bangun. Hal ini mengakibatkan jatuhnya air hujan dari atap tidak sepenuhnya lancar langsung melewati talang. Tetapi ada juga sedikit yang tertahan serta meluber masuk melalui celah-celah atap hingga akhirnya merembes ke dinding dan menyebabkan kondisi rumah menjadi lembab. Untuk mengatasinya, Anda bisa mengganti talang dengan ukuran yang lebih lebar dari sebelumnya sehingga aliran air hujan pun menjadi lancar kembali.

Khusus bagi Anda yang menggunakan talang yang terbuat dari bahan metal dan seng, saran kami adalah Anda harus rutin mengecek kondisi talang tersebut supaya tidak mudah berkarat. Sebab bagaimana pun material logam yang terkena air secara terus-menerus, apalagi air hujan yang notabene mempunyai pH yang asam, maka akan cepat terserang karat. Talang air yang sudah berkarat ini kemudian akan sangat rentan menjadi rusak dan berlubang. Adapun cara mencegahnya adalah rutin membersihkannya serta berikan lapisan cat galvanis sebagai pelindung anti-karat pada permukaan talang tersebut.