Sebelum Beli, Kenali Dulu 7 Jenis Semen yang Ada di Toko Bangunan

Zaman sekarang proses pembuatan suatu konstruksi bangunan dapat dilakukan dengan mudah sekali. Salah satunya berkat ketersediaan semen yang menjadi bahan perekat berbagai material bangunan. Semen memang ampuh sekali digunakan untuk merekatkan bahan-bahan bangunan. Semen mampu menempelkan bahan-bahan bangunan hingga membentuk suatu konstruksi yang sesuai keinginan kita. Penggunaannya pun benar-benar praktis. Anda cukup menambahkannya dengan air secukupnya, maka semen tadi pun sudah siap untuk Anda gunakan.

Tahukah Anda, terdapat berbagai jenis semen yang tersedia di toko bangunan. Jenis-jenis semen ini sengaja dibuat bervariasi dalam berbagai ragam untuk memenuhi kebutuhan para penggunanya. Setiap jenis semen mempunyai karakteristik tersendiri. Di antaranya meliputi semen portland, water proofed cement, semen putih, high alumina cement, semen anti bakteri, oil well cement, dan semen campur. Masing-masing dari jenis semen tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan khusus sehingga ditujukan untuk pemakaian yang berbeda-beda.

Semen Portland

Semen portland merupakan jenis semen yang paling banyak dipakai dalam pembuatan suatu konstruksi bangunan. Oleh karena itu, semen portland ini juga biasanya selalu terjadi di toko bangunan karena memang tingkat permintaannya yang begitu tinggi. Masyarakat awam pada umumnya hanya mengenali jenis semen portland ini saja dan tidak terlalu paham dengan jenis-jenis semen yang lainnya. Ada sekitar 5 jenis semen portland (portland cement) di toko bangunan, antara lain :

  • Tipe I (Ordinary Portland Cement) adalah semen yang dipakai untuk pekerjaan umum yang tidak membutuhkan persyaratan khusus. Ini merupakan semen yang paling banyak diproduksi dan dipergunakan dalam pembangunan suatu konstruksi bangunan.
  • Tipe II (Moderate Sulfat Resistance) ialah semen yang mempunyai daya tahan yang bagus terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang. Semen ini biasanya digunakan pada daerah-daerah yang memiliki suhu tinggi sehingga berpotensi menyebabkan penyusutan pada adukan. Misalnya di dermaga, bendungan, dan kolam.
  • Tipe III (High Early Strength) yaitu semen yang dibuat dengan tingkat kehalusan yang tinggi hingga mencapai 5000 cm2/gram serta memiliki nilai CS3 yang tinggi pula. Dalam pemakaiannya, semen ini membutuhkan kekuatan yang tinggi terutama pada tahap permulaan setelah terjadinya proses pengikatan. Hasilnya semen portland tipe III ini memiliki kekokohan yang lebih baik, di mana semen portland III yang berumur 1 hari mempunyai kualitas yang setara dengan semen portland I yang berusia 3 hari.
  • Tipe IV (Low Heat of Hydration) merupakan semen portland yang membutuhkan panas hidrasi yang rendah di dalam pemakaiannya. Itu sebabnya, semen ini banyak diaplikasikan pada struktur beton yang bersifat massive dan bervolume besar seperti bendungan, dam, serta lapangan udara. Diharapkan kenaikan suhu dari panas yang dihasilkan selama proses pengerasan dapat ditekan seminimal mungkin sehingga volume beton tidak mengalami pengembangan yang akan menyebabkan terjadinya keretakan.
  • Tipe V (Sulfat Resistance Cement) adalah semen yang memiliki ketahanan yang baik terhadap sulfat. Semen portland tipe V ini paling bagus dipakai untuk membuat beton di daerah-daerah yang mengandung garam sulfat yang tinggi. Contohnya antara lain di daerah pesisir, kawasan pertambangan, lingkungan tambak, dan lain-lain.

Waterproofed Cement

Proses pembuatan waterproofed cement pada dasarnya dilakukan dengan mencampurkan semen portland dan waterproofing agent dengan perbandingan tertentu secara merata. Hasilnya inilah yang disebut sebagai waterproofed cement. Keunggulannya yaitu semen ini bersifat anti-air sehingga mampu melindungi suatu permukaan dari air. Beberapa waterproofing agent yang sering ditambahkan sepertii kalsium, aluminium, atau logam stearat yang lain. Pada umumnya, waterproofed cement digunakan untuk pembangunan konstruksi beton yang berguna sebagai penahan tekanan hidrostatik seperti tangki penyimpanan cairan kimia.

White Cement

Pemakaian semen putih biasanya diperuntukkan bagi keperluan dekorasi yakni memperindah tampilan suatu struktur bangunan. Struktur yang dibuat menggunakan white cement akan terlihat lebih indah, elegan, dan menarik dengan warna putih yang ditampilkannya. White cement juga banyak digunakan untuk membuat berbagai produk kerajinan tangan. Bahan baku yang dipakai untuk membuat semen ini tidak sama dengan material-material penyusun semen portland pada umumnya. Salah satunya perbedaannya terletak pada bahan mentah yang digunakan harus mengandung besi oksida dan mangan oksida dengan kadar di bawah 1 persen.

High Alumina Cement

High alumina cement adalah semen yang terbuat dari campuran refractory concrete, heat resistance concrete, dan corrosion resistance concrete. Kekhasan yang dimiliki oleh high alumina cement adalah proses pengerasan beton yang dihasilkannya memakan waktu yang jauh lebih singkat serta lebih tahan terhadap sulfat dan asam. Yap, pemakaian high alumina cement akan membuat adukan semen yang terbentuk menjadi lebih cepat kering. Hal ini sangat bermanfaat saat Anda membuat beberapa tipe struktur bangunan. Selain itu, semen ini juga mempunyai ketahanan yang bagus terhadap api. Sayangnya , semen ini lemah terhadap alkal.

Semen Anti-Bakteri

Semen anti bakteri adalah semen hasil perpaduan antara semen portland dengan anti-bacterial agent seperti germicide. Sesuai namanya, semen ini mempunyai keunggulan pada sifatnya yang tahan dari serangan bakteri dan jamur sehingga permukaannya pun akan tetap higienis. Pengaplikasian semen ini biasanya dipasang di kamar mandi, kolam renang, bak air, lantai industri, keramik, dan struktur yang berpotensi terkena serangan jamur panthogen dan bakteri. Selain itu, semen anti-bakteri juga banyak dimanfaatkan dalam pembuatan bangunan-bangunan fasilitas kesehatan, rumah sakit, dan puskesmas.

Oil Well Cement

Oil well cement adalah semen yang terbuat dari campuran semen portland dan bahan retarder khusus meliputi asam borat, casein, organic hidroxid, gula, serta lignin. Di dalam campuran ini, bahan retarder berperan sebagai penghambat proses pengerasan adukan sehingga dapat disalurkan ke suatu titik dengan sempurna. Misalnya pada sumur gas dan minyak yang mempunyai kedalaman lebih dari 1800-4900 m di bawah permukaan tanah. Berdasarkan karakteristiknya, oil well cement bisa dikelompokkan menjadi tujuh kelas mulai dari kelas A hingga kelas G.

Blended Cement

Blended cement adalah semen yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus yang tidak dimiliki oleh semen portland. Pembuatan semen ini dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan tertentu yang bermanfaat untuk mencapai tujuan sesuai maksud awal pembuatannya. Beberapa jenis semen campur di antaranya :

  • Portland Pozzolan Cement (PPC) adalah semen hidrolis yang terbentuk dari campuran homogen antara semen portland dan bahan-bahan pozzolan seperti trass dan fly ash. Semen ini dibuat dengan cara menggiling bahan-bahan pembentuknya menggunakan klinker semen.
  • Portland Blast Furnace Slag Cement ialah portland cement yang ditambah dengan kerak dapur tinggi hingga wujudnya menjadi halus sekali. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh semen ini yaitu mempunyai kekuatan yang sama seperti semen portland bila tingkat kehalusannya cukup, struktur betonnya lebih stabil dibandingkan beton berbahan semen portland, dan mempunyai tingkat permeabilitas yang rendah.
  • Massonry Cement adalah semen model terbaru yang pemakaiannya sangat mudah dan praktis. Semen ini diciptakan sebagai pengganti dari semen kapur padam dan semen portland. Sayangnya, pemakaian semen massonry masih sebatas di negara-negara bagian Amerika.
  • Portland Composite Cement (PCC) merupakan bahan pengikat hidrolis yang berasal dari campuran klinker semen portland dan gips ditambah dengan bahan anorganik. Di antara bahan anorganik yang kerap dimasukkan ke dalam campuran ini yaitu pozzolan, batu kapur, senyawa silika, dan terak tanur tinggi. Menurut jumlah zat aditive yang dipakai, terdapat 2 macam PCC yaitu type II/A-M yang mengandung 6-20% aditif dan type II/B-M mengandung 21-35% aditif.