Pelajari Jenis-jenis Keretakan Pada Dinding dan Solusi Mengatasinya!

Pada bangunan, dinding mempunyai peranan yang sangat penting. Setidaknya dinding memiliki 3 fungsi utama yaitu pemikul beban di atasnya, penutup dan pembatas ruangan (partisi), serta pelindung bagi para penghuni. Kini semakin banyak bangunan yang menggunakan dinding permanen yang terbuat dari pasangan bata yang diberi finishing berupa plesteran dan acian. Dinding permanen ini mempunyai mutu dan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dinding non-permanen.

Akan tetapi, kadang-kadang kita mendapatkan masalah yang menimpa pada dinding di rumah. Misalnya yaitu timbulnya keretakan pada dinding tersebut. Walaupun tidak semua keretakan yang terjadi pada dinding itu berbahaya, namun kita tetap harus waspada. Perlu Anda ketahui, terdapat berbagai jenis keretakan yang bisa terjadi pada dinding rumah dengan bentuk yang bermacam-macam. Ada retak yang bentuknya lurus, membentuk sudut 45 derajat, mengarah ke bawah, berbentuk diagonal, jumlahnya banyak, dan tidak beraturan.

Untuk dapat memperbaiki dinding yang retak, Anda perlu melakukan analisis terlebih dahulu mengenai jenis keretakan yang menimpa dinding tersebut. Perhatikan dengan baik dinding yang retak tersebut dan lakukan pemantauan untuk mengidentifikasi karakteristiknya. Sehingga Anda bisa melakukan solusi perbaikan yang tepat sesuai dengan jenis keretakan tersebut. Secara garis besar, terdapat dua jenis keretakan yang dapat menimpa dinding bangunan, antara lain :

Retak Struktur

Retak struktur adalah retak yang menimpa bagian struktur dinding. Retak ini tidak hanya terjadi pada bagian permukaan luar dinding saja, melainkan sampai ke bagian dalamnya. Retak struktur merupakan jenis keretakan yang sangat berbahaya karena berpengaruh langsung terhadap tingkat kekuatan dinding tersebut. Bahkan bukan tidak mungkin suatu bangunan bisa rubuh dan ambruk akibat mengalami keretakan yang terlalu parah pada bagian struktur dindingnya.

Ciri-ciri retak struktur yaitu ukuran keretakannya mencapai lebih dari 2 mm dan tembus sampai ke sisi dinding yang lainnya. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya retak struktur di antaranya :

  1. Pondasi mengalami penurunan atau pergeseran akibat daya dukung tanah yang kurang baik.
  2. Dimensi pondasi tidak sesuai dengan beban yang harus ditanggungnya.
  3. Proses pembuatan dinding yang asal-asalan dan tidak memperhatikan ketentuan.
  4. Kolom atau balok bangunan mengalami keretakan atau bentuknya berubah.
  5. Pemakaian bahan bangunan yang bermutu rendah.

Berdasarkan faktor penyebabnya, retak struktur dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

  1. Retak Tarik

Retak tarik merupakan retak struktur yang disebabkan oleh penurunan yang terjadi pada permukaan tanah. Kenyataannya setiap bangunan pasti akan mengalami penurunan. Namun apabila peristiwa tersebut tidak terjadi secara serentak, maka akan terjadi keretakan struktur pada dinding. Penyebabnya tak lain karena perubahan elevasi pada struktur bangunan yang tidak seragam.

Ciri-ciri dinding mengalami retak tarik yaitu keretakan tersebut memiliki ukuran yang lebih lebar pada bagian atas, lalu menyempit pada bagian bawahnya. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya retak tarik antara lain proses pemadatan yang tidak rata, erosi tanah pada bagian bawah pondasi, pembebanan pada dinding yang kurang merata, serta adanya gempa dalam skala yang ringan.

  1. Retak Tekan

Retak tarik merupakan retak struktur yang disebabkan oleh tekanan dari atas dan dari bawah dinding yang bekerja secara bersama-sama. Tekanan dari atas berupa berat yang harus ditahan oleh dinding. Sedangkan tekanan dari bawah berupa desakan dari atas tanah. Awal terjadinya keretakan tersebut biasanya dikarenakan kolom yang tidak dapat bekerja secara maksimal. Akibatnya sebagian beban yang seharusnya ditanggung kolom malah dipikul oleh dinding.

Padahal seharusnya dinding sama sekali tidak boleh ikut menanggung beban. Beban seharusnya didistribusikan oleh ringbalk menuju kolom-kolom dinding kemudian diteruskan oleh sloof yang ada di bawahnya. Sedangkan dari arah bawah, terdapat desakan ke atas akibat adanya pergerakan dari tanah. Inilah awal mula terjadinya retak tekan pada dinding bangunan.

Retak Non-Struktur

Retak non-struktur dikenal pula dengan sebutan retak rambut. Hal ini dikarenakan ukuran keretakannya yang sangat halus dan tipis menyerupai helaian rambut. Pada umumnya, retak non-struktur ini tidak membahayakan bangunan. Namun jika dibiarkan, adanya keretakan tersebut akan mengganggu estetika atau keindahan dinding bangunan. Ciri-ciri retak non-struktur antara lain timbulnya garis lembut yang berbentuk tidak beraturan pada permukaan dinding.

Terdapat tiga jenis retak non-struktur, di antaranya :

Jenis 1. Crazing

Crazing adalah retak non-struktur yang disebabkan oleh pembuatan plesteran yang terlalu banyak ditambal. Retak ini juga bisa ditimbulkan karena pemakaian pasir yang masih kotor atau terlalu banyak mengandung butiran-butiran halus. Retak crazing dapat diatasi dengan mengikis retakannya, kemudian dilakukan penutupan kembali menggunakan dempul. Ciri-ciri retak crazing yaitu :

  1. Pola keretakannya membentuk jaringan yang halus, dangkal, dan tidak bersambung.
  2. Keretakannya membentuk pola heksagonal dengan jarak retak sekitar 5-75 mm.
  3. Biasanya retak crazing terjadi selang beberapa jam setelah penerapan plesteran.

Jenis 2. Map Cracking

Map cracking adalah retak non-struktur yang terjadi akibat penggunaan semen yang terlalu banyak serta adukan plesteran yang dibibarkan terlalu cepat mengering. Retak map cracking ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Pola keretakannya memiliki bentuk yang menyerupai peta.
  2. Keretakannya membentuk pola heksagonal dengan jarak mencapai 200 mm.
  3. Struktur retak map cracking cenderung berukuran lebih dalam dan bersambung.

Jenis 3. Shrinkage

Shrinkage adalah retak non-struktur yang ditimbulkan oleh pemakaian semen yang terlalu banyak, penggunaan pasir yang bermutu rendah, atau penerapan lapisan plesteran yang terlalu tebal. Retak ini juga kerap disebut retak susut sebab bagian dinding yang retak juga akan mengalami penyusutan pada ukuran dimensinya. Perbaikan terhadap kasus shrinkage dapat dilakukan dengan memanfaatkan dempul secukupnya.

Menurut faktor-faktor penyebab timbulnya keretakan, retak susut (shrinkage) dapat dibedakan menadi dua tipe yaitu susut plastis dan susut kering.

  1. Susut plastis adalah susut yang disebabkan oleh hilangnya kadar air yang berlebihan pada saat lapisan plesteran masih dalam kondisi plastis atau awal penerapan. Biasanya retak susut plastis menimpa pada bagian sudut-sudut jendela.
  2. Susut kering adalah susut yang terjadi akibat kandungan semen di dalam adukan terlalu banyak, penggunaan pasir yang kualitasnya buruk, atau aplikasi plester yang terlalu tebal. Susut ini timbul karena volume plesteran atau beton yang berubah saat terjadinya reaksi kimia antara air dengan semen. Bisa juga timbul akibat peristiwa karbonasi yaitu masuknya gas karbondioksida ke dalam pori-pori plesteran atau beton dinding yang sudah mengeras.